Asal Usul Terbentuknya Desa Matangaji. Pada jaman dahulu ada sesuatu daerah yang sebagian besar berupa hutan belantara hanya beberapa meter persegi saja yang tanahnya sudah dihuni berkisar Tahun 1870 M . Didaerah ini ada 2 orang Sultan yang berasal dari tanah pejawen keduanya bernama . 1. Sultan Mangku buana 2. Sultan Yusup Ashari Secara kebetulan mereka datang bersama sehingga mereka berebut kekuasaan melalui pertarungan bahwa siapa yang menang itulah yang berhak mendudukinya. Pada pertarungan tersebut tidak ada yang kalah akhirnya mengadakan kesepakatan Daerah itu diberi nama Padamatang dan diserahkan kepada sultan Mangku Buana sedangkan Sultan Yusup Ashari di beri daerah baru sebelah timur yang diberi nama MATANGAJI yang mengandung arti Matang dalam ilmu. Peninggalan Sejarah Desa Matangaji Di matangaji ada beberapa peninggalan sejarah atau situs ada 28 petilasan yaitu : 1. Sultan Matangaji di Padaleman 2. Buyut Bodas 3. Buyut Jenek 4. Buyut landung 5. Nyi Mas Cakrawati 6. Buyut Jambet 7. Buyut Bangkong 8. Buyut Temenggung 9. Patilasan Aria Calingcingan 10. Lawang Gede 11. Goa Lawet 12. Hulu Dayeuh/Bujal Dayeuh/Birit Dayeuh 13. Balong Kambang 14. Sumur Kajayaan 15. Sumur Panyipuhan 16. Sumur Kapandean 17. Sumur Bandung 18. Gunung Jejar Pawayangan 19. Pancuran Emas 20. Pancuran Curug 21. Pancuran Cijambu 22. Pancuran Simpur 23. Gunung Pugag 24. Gunung Geleseran 25. Tanah Pangoragan 26. Cibelentuk 27. Cipataunan 28. Cibadak. Peninggalan tersebut merupakan suatu bukti bahwa Desa Matangaji, termasuk Desa yang bersejarah, baik dalam penyebaran Agama Islam yang termasuk benteng pertahanan dalam jaman kolenial Belanda. Pada tahun 1870 M. kampung Desa Matangaji masih menggabung dengan Desa Cimara dan Kantor Kewadannya bertempat di Mandirancan setelah itu dengan keputusan, bahwa kampung Matangaji dimasukan ke Wilayah Cirebon sedangkan Cimara Masuk Wilayah Kuningan. Dalam masa pemerintahan yang tercantum dalam sejarah antara lain yang menjadi pepayung agung desa adalah BUYUT SINJANG atau BUYUT LURAH atau BUYUT SIDEANG kurang lebih pada tahun 1870.M. Pada jaman Pemerintahan Desa dipegang oleh Kuwu H.Salab (H.Nur) Matangaji di jadikan Pos Pertahanan dan Pengatur Siasat pada Jaman Penjajahan Belanda dan Penjajahan Jepang yang diantaranya ada pasuka Tentara yaitu dibawah kepala Pasukan: CIPTO –BUDIARJO –PARYONO PURBADI dan USMAN . SE. Dan pada waktu itu korban yang meninggal dua orang pasukan yaitu : CELE dan ARSAD setelah aman dari penjajah, pada jaman Pemerintahan Desa dipegang oleh kuwu D.UMAR timbul gerombolan DI/TII sekitar kurang lebih Tahun 1958.M . Di Desa mulai memebentuk PD (Pagar Desa) lantas tak lama kemudian diganti istilah menjadi OKD (Organisasi Kader Desa) Organisasi ini sebagai tentara Desa dipersenjatai oleh TNI untuk mengusir Gerombolan DI/TII. Dalam Pertempuran sengit melawan serangan DI TII jatuhlah korban dari OKD : SARKADI – TAHIR-REJA dan RAWAN dari Masayarakat : SUMAR dan SANTANA . Lantas ada komando dari pusat, bahwa semua masyarakat yang ada di desa Matangaji (terutama laki-laki Desa) diwajibkan melaksanakan PAGER BETIS dan berangkat ke gunung Ciremai tepatnya diwilayah panyusupan dan sekitarnya. Setelah aman dari DI TII Timbul pemeberontakan G 30 S/PKI tahun 1965 namun berkat lindungan Tuhan yang Maha Esa, di Matangaji tidak ada satu pun masyarakat yang ikut campur baik langsung atau tidak langsung dengan gerakan tersebut (Gerakan Tiga Puluh S PKI). Karena jaman telah dimakan usia pemerintahan Kuwu D. UMAR diganti oleh Kuwu SANAWI pada jaman pemerintahan Kuwu SANAWI sampai Kuwu yang masih menjabat barulah di Matangaji, banyak pembangunan-pembangunan di segala sektor. Mantan-mantan Kuwu Matangaji Sampai sekarang ada 28 Kuwu yang pernah menjabat di pemerintahan Desa Matangaji diantaranya: 1. Kuwu Sinjang 2. Kuwu Antijah 3. Kuwu Damis 4. Kuwu Marijah 5. Kuwu Marjani (Buyut sanyaman). 6. Lapian. 7. Kastam 8. Nasipah (Buyut Kudung) 9. Samikar 10. Kialim 11. Muhidin 12. Laniyah 13. Asidam 14. Lapian 15. Karti 16. Laya Pan 17. Manggis 18. Murati 19. H.Saleh 20. H.Sidik 21. H.Salab (H.Nur). 22. D. Umar. 23. Sanawi. 24. H. Ohim. 25. Sukardi DS. 26. Ade Ardaya. 27. Hj. Juansih. 28. Sudarta.